Strategi dan Perencanaan Pengembangan Keagamaan Pada Anak Usia Dini

  A.       Strategi Pengembangan Keagamaan Pada PAUD 1.        Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan sejak   ini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada makhluk-makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang terdekat disekitar mereka.   Selain itu, juga perlu diupayakan adanya keterikatan antara mereka dengan yang   telah menciptakannya, pemilik keagungan, pemberi nikmat, dan maha dermawan.   Dengan bentuk seperti ini anak pasti akan mencintai Allah (Rajih, 2008: 87-88) Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia dini melalui pembelajaran saintifik. Pembelajaran saintifik tersebut akan mengenalkan akan pada makhluk ciptaan Allah sekaligus mengenalkan anak untuk mencintai ilmu pengetahuan dengan proses mengamati. Menciptakan rasa cinta kepada Allah juga diikuti oleh men

Fenomena Perayaan Hari Valentine Dikalangan Remaja Muslim

Oleh : Mitha Widyanilarasati, K1A015042

Fenomena Perayaan Hari Valentine Dikalangan Remaja Muslim

I.                  PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Di era yang serba modern ini, pertukaran informasi dari berbagai penjuru dunia semakin marak dilakukan. Hal ini menyebabkan banyaknya informasi baru yang masuk ke Indonesia. Salah satunya adalah perayaan hari Valentine yang sekarang ini banyak dirayakan oleh sebagian besar remaja muslim di Indonesia.
Hari Valentine sendiri sering diartikan sebagai hari kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Pada hari itu semua orang saling mengungkapkan kasih sayangnya terhadap orang-orang yang mereka anggap spesial, seperti pacar, sahabat atau keluarga. Cara mengungkapkannya pun bermacam-macam, ada yang memberikan bunga, boneka atau cokelat. Hal itu mereka anggap sebagai bukti kasih sayang mereka terhadap orang yang dicintai.
Namun, sekarang ini, perayaan hari Valentine tersebut tidak cukup sampai di situ saja. Banyak pasangan-pasangan yang merayakan hari Valentine lebih dari sekedar memberi cokelat atau bertukar hadiah. Tren perayaan hari Valentine dengan berduaan bersama pasangan sampai malam pun mulai banyak dilakukan oleh para remaja. Ketinggalan zaman katanya kalau merayakan hari Valentine hanya dengan memberi cokelat atau bertukar hadiah. Padahal kegiatan seperti itu dapat menjerumuskan mereka pada hal-hal yang tidak baik karena bisa berujung pada perbuatan yang melanggar norma aqidah seperti pesta-pesta sampai seks bebas. Jika sudah seperti itu, apakah hari Valentine tetap dimaknai sebagai hari kasih sayang? Jika benar hari Valentine adalah hari kasih sayang, mengapa hal tersebut tidak diajarkan dalam Islam? Padahal Islam adalah sumber dan muara dari kasih sayang itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis mencoba untuk menggali lebih jauh lagi mengenai asal muasal hari Valentine dan hukum merayakannya dalam pandangan Islam.

             B.     Tujuan
1.      Mengetahui apa itu hari Valentine.
2.      Mengetahui sejarah hari Valentine.
3.      Mengetahui hukum merayakan hari Valentine dalam pandangan Islam.
4.      Mengetahui langkah apa yang dapat diambil oleh seorang muslim dalam menyikapi adanya perayaan hari Valentine.

              C.    Rumusan Masalah
1.      Apakah hari Valentine itu?
2.      Bagaimana sejarah hari Valentine?
3.      Bagaimana hukum merayakan hari Valentine dalam pandangan Islam?
4.  Langkah apa yang sebaiknya dilakukan seorang muslim dalam menyikapi adanya perayaan Valentine?


II.               PEMBAHASAN

1.        Hari Valentine
Peringatan hari Valentine pada tanggal 14 Februari dapat diartikan sebagai hari kasih sayang. Perayaan yang berasal dari budaya Barat ini biasanya dirayakan oleh orang-orang bersama kekasih, orang tua, keluarga atau teman dengan cara mengungkapkan cinta dan kasih sayangnya kepada mereka. Namun, pada kenyataannya orang-orang yang merayakan hari Valentine bukan hanya sekedar mengungkapkan kasih sayang semata, tetapi terkadang disertai oleh perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan bersama pasangan yang bukan mahramnya.
Seiring adanya pengaruh globalisasi dari dunia Barat yang masuk ke negara-negara mayoritas muslim seperti Indonesia, perayaan hari Valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat terutama dari kalangan remajanya. Bertukar bingkisan atau kado, kartu ucapan kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, dan menyemarakkan hari Valentine setiap tahunnya bahkan dikalangan remaja muslim sekali pun. Meskipun sebenarnya dalam perayaan hari Valentine ini sering terjadi perbuatan menyimpang yang membawa dampak kurang baik dan dipoles dengan kata kasih sayang. Namun, hari Valentine tetap menarik minat para remaja. Mereka banyak berdalih bahwa perayaan ini adalah perayaan hari kasih sayang sedunia yang universal. Jadi tidak ada salahnya  jika sekedar ikut merayakan saja. Benarkah demikian?

2.         Sejarah Hari Valentine
Sejarah hari Valentine ini memiliki banyak versi seperti yang terdapat dalam The World Book Encyclopedia (1998). Dalam buku tersebut menyebutkan bahwa pada tanggal 15 Februari adalah hari raya Lupercalia. Hari raya Lupercalia adalah sebuah perayaan Lucerpus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dengan pakaian dari kulit kambing. Perayaan Lupercalia ini merupakan serangkaian upacara pensucian di zaman Romawi Kuno, yang diselenggaran pada tanggal 13-18 Februari. Dua hari pertama, upacara dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) yang bernama Juno Februata. Pada hari itu para pemuda mengambil secara acak nama gadis yang ada di dalam kotak dan nama yang keluar akan menjadi pasangannya selama satu tahun untuk bersenang-senang dan menjadi objek hiburan. Pada 15 Februari, mereka berdoa kepada dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, mereka akan memecut orang dengan kulit binatang di sepanjang jalan Roma dan para wanita akan berebut minta dipecut karena dianggap akan mendatangkan kesuburan.
Kemudian mereka mengadopsi ritual upacara ini ketika agama Kristen Katolik masuk Roma dan mewarnainya dengan nuansa kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Pada 496 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan meninggal pada 14 Februari.
Menurut The Catholic Encyclopedia, ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Salah satunya meninggal pada zaman Romawi. Namun, sampai sekarang tidak diketahui siapa St. Valentine yang dimaksud. Karena berbagai sumber menyebutkan informasi yang berbeda. Sumber pertama menyebutkan bahwa Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menganggap Tuhan Yesus adalah satu-satunya Tuhan yang disembah dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Lalu orang-orang yang mendukung aksi St. Valentine itu menuliskan surat dan menggantungnya di terali penjaranya. Sedangkan menurut sumber kedua, menyebutkan bahwa Kaisar Claudius II menganggap pemuda yang belum menikah lebih tabah dan lebih kuat dalam medan perang dari pemuda yang sudah menikah. Oleh karena itu Kaisar Claudius II melarang para pemuda yang akan ikut berperang untuk menikah. Namun, St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan para pemuda sehingga ia ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari. Sebelum hukuman gantung tersebut St. Valentine sempat menulis pesan cinta kepada putri penjaga penjaranya sendiri yang sering mengunjunginya selama ia masih ditahan di penjara. Dan pesan cinta tersebut kemudian mengubah segalanya. Sehingga setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari Valentine.
Dan pada setiap perayaan hari Valentine itu biasanya selalu identik dengan ucapan, “Would you be my Valentine?” yang diucapkan oleh seseorang kepada orang yang dianggapnya spesial. Menurut Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?”, kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang artinya: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, serta Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan untuh Tuhan orang Romawi, yaitu Nimrod dan Lupercus. Jadi jika kita mengucapkan kalimat itu pada seseorang, berarti kita sama saja memasrahkan diri terhadap kuasa orang tersebut. Dan dalam Islam hal itu dapat diartikan sebagai perbuatan syirik yang seharusnya dijauhi.
Seperti itulah sejarah hari Valentine, yang makna sebenarnya adalah memperingati hari kematian St. Valentine, penyembahan berhala, dan penghormatan kepada pastor yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan “kasih sayang”.

3.    Hukum Merayakan Hari Valentine dalam Pandangan Islam
Sebagai seorang manusia memang wajar dan manusiawi jika kita selalu ingin melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak sendiri. Salah satunya adalah rajin mengikuti perkembangan zaman yang ada, baik di bidang pendidikan, teknologi, fashion, maupun budaya. Mengikuti perkembangan zaman memang tidak ada salahnya, namun perkembangan zaman tersebut menjadi tidak benar apabila berbeda dengan sisi keyakinan dan ajaran yang diajarkan oleh Islam. Padahal Rasulullah SAW. telah melarang umatnya mengikuti kegiatan peribadatan lain selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum itu tersebut”. (HR At-Tirmidzi).
Dan dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW. bersabda, “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya:’Wahai Rasulullah, apakah orang-orang yang kau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani?’ Baginda bersabda:’Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR Bukhari Muslim).
Berdasarkan hadist tersebut, apa yang dikatakan beliau ternyata benar adanya dan nyata terjadi di sekitar kita ketika kita melihat perilaku remaja-remaja sekarang yang sangat mudah terpengaruh budaya Barat. Memang tidak semua yang berasal dari Barat itu buruk. Tapi dalam hal perayaan hari Valentine ini jelas buruk dan merusak generasi muda. Pertama, mulai dari asal mulanya saja yang sudah tidak jelas menurut pandangan Islam. Kedua, merayakan hari Valentine biasanya bersama pasangan atau pacar. Ketiga, jika sudah mulai urusan pacar-pacaran seperti ini, akan sangat mungkin hubungan dua anak manusia berlainan jenis ini merujuk pada hal-hal yang tidak pantas dilakukan oleh seseorang yang belum sah menjadi muhrimnya.
Abu Waqid Radhiallahu anhu meriwayatkan: Rasulullah SAW. saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath”. Maka Rasulullah SAW. bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR At-Tirmidzi).
Sehingga, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa merayakan hari Valentine jelas dilarang oleh agama Islam apabila terdapat banyak mudloratnya seperti halnya kencan, pesta, hingga yang paling parah, seperti melakukan seks bebas bersama pasangannya. Karena di hari Valentine, mereka percaya bahwa melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, bahkan berhubungan seks di luar nikah di kalangan remaja itu menjadi boleh. Mereka menganggap semua itu adalah ungkapan kasih sayang, bukan sekedar nafsu biasa. Padahal Allah SWT telah melarang dalam firman-Nya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).

4.        Langkah yang dapat dilakukan Seorang Muslim dalam Menyikapi adanya Perayaan Valentine
Dewasa ini perayaan hari Valentine memang sudah membudaya di kalangan muslim remaja. Namun, sebagai seorang muslim kita sebaiknya tidak asal ikut-ikutan dengan tradisi atau budaya yang belum jelas asal-usulnya tersebut,  karena bisa jadi hal itu bersimpangan dengan syariat agama Islam. Apalagi, Allah SWT. telah melarang umatnya untuk tidak ikut-ikutan menyerupai tradisi agama lain. Oleh karena itu, diperlukan langkah bijak dalam menyikapi perayaan hari Valentine ini. Langkah bijak tersebut, diantaranya:

1.         Mengisi hari Valentine dengan Hal-hal Positif
Mengisi hari valentine dengan hal-hal yang positif disini yang dimaksud adalah melakukan tindakan atau perbuatan yang lebih bermakna antara lain, membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan, memberikan sedekah, menjalin talisilaturahmi dan masih banyak lagi kegiatan positif lainya yang dapat dilakukan.
Jika perayaan hari Valentine dimaksudkan untuk alasan kasih sayang, Islam sendiri sudah sering mengajarkan tentang kasih sayang. Mulai dari haramnya aborsi karena setiap anak mempunyai hak untuk hidup, penghargaan seorang anak yang tinggi untuk menghormati orang tuanya, dan tidak ada konsep penitipan panti jompo dalam Islam karena betapa pun tuanya orang tua kita, merekalah yang dulu pernah melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang.
Bukan hanya sesama manusia saja, kasih sayang dianjurkan oleh Islam untuk diberikan juga kepada makhluk lainnya semisal hewan, tumbuhan, lingkungan. Hewan boleh disembelih sewajarnya untuk kebutuhan umat manusia. Tidak boleh menyiksa apalagi menyakitinya. Jangan malah terbalik. Banyak orang kafir yang tidak mau menyakiti binatang, tapi tega membantai umat manusia terutama kaum Muslimin.
2.         Ikut dalam kegiatan Majlis Ta’lim
Menuntut ilmu memang sangat dianjurkan di dalam agama Islam. Apalagi jika kita sering menghadiri sebuah Majlis Ta’lim maka ilmu kita akan semakin bertambah karena saling berbagi dengan peserta majlis ta’lim lainnya. Sehingga kita bisa lebih mengerti dan memahami akan dampak dari setiap tradisi yang ada seperti perayaan Valentine.
3.         Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Cara yang paling ampuh dalam menyikapi budaya valentine ini memang dengan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Seorang muslim yang memohon dengan penuh  keikhlasan kepada Allah SWT akan diberikan perlindungan terhadap segala macam marabahaya yang dapat membahayakannya.


III.           PENUTUP
       1.      Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa merayakan hari Valentine bagi umat muslim seharusnya dihindari apabila syarat akan maksiat dan syirik. Karena hari Valentine berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang dapat mengundang kemusyrikan terhadap Allah SWT. Selain itu hari Valentine juga lebih banyak mengandung sisi negatif daripada sisi positifnya, seperti mengajarkan kepada para remaja bahwa berduaan dengan pasangan yang bukan muhrim diperbolehkan, berciuman  bahkan sampai melakukan hubungan seks sebelum menikah pun tidak ada salahnya menurut mereka. Sehingga sangat disayangkan apabila para remaja muslim mengikuti kebudayaan yang sangat bertentangan dengan syariat Islam tersebut.

       2.      Saran
Diperlukan pengawasan dan kesadaran dari berbagai pihak, seperti orang tua dan guru agar para remaja muslim mengerti dan memahami bahwa perayaan valentine seharusnya dihindari, apabila lebih mengarah kedalam hal-hal yang sifatnya menyimpang dari ajaran Islam (syirik dan maksiat).


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an.
Crew, D’Rise. 2010. D’rise: Black Valentine. Bogor: Permata Mitramedia.
Fariana, Ria. 2010. Cewek Smart #2. Jakarta: Gema Insani.
Syatila, Shabra. 2012. Hukum Merayakan Hari Valentine bagi Umat Islam, [online] diunduh dari http://www.firmadani.com/hukum-merayakan-hari-valentine-bagi-umat-islam/, diakses pada tanggal 20 Juni 2016.

Tuasikal, Muhammad Abduh. 2003. Sejarah Kelam Hari Valentine, [online] diunduh dari https://remajaislam.com/401-sejarah-kelam-hari-valentine.html, diakses pada tanggal 18 Juni 2016.

Comments

Popular posts from this blog

ALIRAN NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

ORGANISASI PENDIDIKAN : JENIS DAN STRATEGI PENGUATAN

IPTEK dan Seni Dalam Pandangan Islam