Strategi dan Perencanaan Pengembangan Keagamaan Pada Anak Usia Dini

  A.       Strategi Pengembangan Keagamaan Pada PAUD 1.        Menanamkan Rasa Cinta Kepada Allah SWT Diantara cara membimbing anak menuju akidah yang benar adalah dengan mendidik mereka untuk mencintai Allah. Pendidikan ini harus diberikan sejak   ini. Pada saat tersebut, mulailah mereka diperkenalkan kepada makhluk-makhluk Allah (manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan) yang terdekat disekitar mereka.   Selain itu, juga perlu diupayakan adanya keterikatan antara mereka dengan yang   telah menciptakannya, pemilik keagungan, pemberi nikmat, dan maha dermawan.   Dengan bentuk seperti ini anak pasti akan mencintai Allah (Rajih, 2008: 87-88) Rasa cinta kepada Allah beserta seluruh ciptaannya dapat diperkenalkan pada anak usia dini melalui pembelajaran saintifik. Pembelajaran saintifik tersebut akan mengenalkan akan pada makhluk ciptaan Allah sekaligus mengenalkan anak untuk mencintai ilmu pengetahuan dengan proses mengamati. Menciptakan rasa cinta kepada Allah juga diikuti oleh men

AL-QUR'AN


                               KANDUNGAN SURAT AL HUJURAT 11-13

Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang paling pertama dan utama. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur melalui perantara malaikat jibril. Al-Qur’an memiliki keistimewaan tersendiri dibanding dengan kitab-kitab suci lainnya yaitu kemurnian dan keasliannya dijaga langsung oleh Allah. Dalam Al-Qur’an banyak sekali nilai-nilai pelajaran yang dapat diambil di antaranya nilai-nilai relegiusitas.
Sebagai contoh bahwa surat al-hujurat ayat 11-13 yang menunjukkan bukti adanya  nilai-nilai relegiusitas yang tercantum di dalamnya, yang artinya sebagai berikut.
11.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiriDan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12.  Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
13.  Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS, Al-hujurat ayat 11-13)

Ayat diatas menggambarkan bagaimana nilai-nilai relegiusitas  yang harus dikonsep sedemikian indahnya agar prilaku yang ada dalam diri kita bernilai baik terhadap orang lain. Kita tidak boleh saling mengejek antara orang satu dengan lainya. Kita juga harus menghormati orang lain agar kita saling kenal mengenal antara yang satu dengan lainya.
Dengan mengkaji serta menganalisis Al-Qur’an tepatnya surat Al-Hujurat ayat 11-13 tersebut diharapkan dapat memberikan wawasan serta gambaran yang jelas bagaimana seseorang itu harus memiliki nilai-nilai relegiusitas yang sesuai dengan tuntutan (syariat) Islam, yaitu berakhlak mulia, baik terhadap social masyarakat, berbangsa dan negara. Karena akhlak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Karena tanpa akhlak, manusia tidak akan memiliki derajat sebagai manusia yang mulia. Dengan akhlak itulah antara manusia yang satu dengan makhluk lainya dapat dibedakan, karena manusia memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk membedakan antara perbuatan haq dan bathil, baik dan buruk. Jika perbuatan itu baik maka dapat dikatakan akhlak yang baik, dan jika perbuatan itu jelek maka dapat dikatakan akhlak yang buruk. Ketenangan, keresahan, kesusahan, dan kebahagiaan hidup manusia juga di tentukan dari akhlaknya.
Dalam dunia pendidikan, akhlak juga menjadi masalah yang mendapat perhatian lebih dan banyak disoroti masyarakat. Karena akhlak adalah sebagai cermin manusia. Apabila akhlaknya baik tentu akan melahirkan perbuaatan manusia yang baik, baik terhadap Allah, terhadap diri sendiri, ataupun terhadap makhluk lainya.
Dalam hal ini banyak sekali teori atau materi yang mempelajari tentang akhlak dari tingkatan yang mendasar sampai pada tingkatan yang paling tinggi, namun dalam perakteknya yang terjadi saat ini para peserta didik selalu menyoroti tingkah laku para gurunya. Peserta didik tidak memandang apakah sikap seorang guru baik atau tidak sehingga memunculkan perspektif yang berasumsi kepada hal yang negatif.
Seiring dengan gelombang kehidupan ini, dalam setiap kurun waktu dan tempat tertentu muncul tokoh-tokoh yang mengambil dari kitab suci yakni AL-Qur’an yang memperjuangkan nilai relegiusitas yaitu akhlak dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik.
Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai-nilai mutlak. Nilai-nilai baik dan buruk tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban-kewajibanya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak.[2] Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah.[3]
Perlu disadari kiranya setiap pesertadidik memiliki karakter yang berbeda-beda, dan dari semua karakter tersebut tentunya dapat dibentuk melalui pemahaman dari suatu konsep (pengetahuan) serta pembiasaan. Dalam pembentukan karakter ini dapat melalui pendidikan sebagai wadah baik formal, informal dan non-formal. Disinilah tanggung jawab pendidik sebagai subjek pendidikan untuk memberikan pemahaman terkait pentingnya berakhlak mulia.
Untuk itu pembentukan karakter dalam dunia pendidikan sangatlah penting sekali, karena pendidikan merupakan pokok utama dalam menentukan segala aktifitas sehari-seharipendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat memberikan contoh dan sikap  teladan berdasarkan dengan apa yang telah dicontohkan dalam AL-Qur’an, sehingga perilaku pendidik tidak sewenang-wenang dalam memperaktekkan apa yang telah diajarkan dan peserta didik akan mencontohnya.


[1] Departemen haji dan wakaf Saudi Arabia, Al-qur’an dan Terjemanhnya(Madinah: Mujamma’ Khadim Al-Haromain, 1412 H, hal.744

[2] Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Aklhak Mulia) (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), hal. 11.
[3] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007), hal. 9.

Comments

Popular posts from this blog

ALIRAN NATIVISME, EMPIRISME DAN KONVERGENSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

ORGANISASI PENDIDIKAN : JENIS DAN STRATEGI PENGUATAN

IPTEK dan Seni Dalam Pandangan Islam